Tulisan Ini ku buat untuk mengenang dua buah nama yang kesemuanya sudah meninggal dan nama-nama ini belum pernah tertulis di dunia digital tetapi nyata, dan agar tidak hilang ditelan perubahan jaman maka dua nama ini aku abadikan sebagai wujud penghormatanku kepada mereka, agar cerita tentang mereka, nilai-nilai yang mereka wariskan tak akan pernah hilang….
BOEAMIN SASTROATMODJO
Dilahirkan di Desa Prembangan, Malang Selatan , Jawa Timur, Indonesia. Entah tahun berapa aku lupa dan tidak pernah berusaha mengingatnya. Mungkin sekitar tahun 1920 an, tanggal dan bulannya aku juga gak tahu. Merupakan Putera ketiga atau keempat dari 6 bersaudara. Ayahnya adalah H. Thohir, seorang tokoh masyarakat, Sastro kecil ini , begitulah aku akan menyebutnya adalah cucu dari Mbah buyut Ginah, seorang pendiri tiga desa di Malang selatan yaitu Prembangan, Trimo, Clumprit. SAstro kecil dididik keras oleh H. Thohir dan mendapatkan pendidikan agama Islam terbaik pada jamannya. Sebagai putera pemuka masyarakat, aku Cuma mengasumsikan karena aku Cuma mendengar dari cerita-cerita dan aku juga sudah banyak lupa akan cerita itu, aku membayangkan sebagai putera pemuka masyarakat , Sastro pasti mendapat banyak ketenaran di lingkungan Desanya dan itu terbukti ketika dia dewasa dia menjabat sebagai Carik, yaitu sekretaris Desa dimana yang jadi Kepala Desa saat itu adalah kakak Sepupunya. Dari situ dapat kita lihat betapa berpengaruhnya anak keturunan Mbah buyut Ginah dalam masyarakat tiga desa tersebut. Ada secuil cerita yang kuingat tentang H. Thohir, ayah dari Sastro ini. H. Thohir, bisa dibayangkan jaman segitu menjadi seorang HAJI adalah sebuah prestasi yang luar biasa karena perjalan ke tanah suci Mekkah saat itu hanya bisa ditempuh dengan naik kapal laut dan memerlukan waktu enam bulan hingga satu tahun dengan resiko kematian yang sangat tinggi dan H. Thohir termasuk orang yang berhasil menjadi HAJI saat itu. Tentu saja status ke HAJI annya merupkan hal yang tidak sama dengan Haji sekarang. Status kehajian ini pertama didasari oleh keimanan yang sangat kuat (karena resiko meraih status Haji itu oenuh pengorbanan sehingga kalo imannya gak kuat ya gak bisa). Yang kedua ketinggian ilmu Filsafat dan Agama Islam yang mendalam baru bisa membuat orang berangkat HAJI. Nah itu sekelumit tentang HAji. H. Thohir ini ada cerita yang entah benar atau tidak, dikarenakan ketinggian Ilmunya, hingga dia punya kesaktian (orang jaman dulu kental dengan hal begituan). H.Thohir ini profilnya adalah mamakai sorban putih di atas kepala dan mamakai baju gamis putih (profil berdasarkan foto hitam putih tua), aku sih membayangkan seperti walisongo, dan dia mamegang tongkat.(kalo masalah ini aku gak ngerti entah tongkat itu emang senjatanya atau karena jalan di desa yang terjal sehingga harus memakai tongkat). Pernah suatu saat ada anak-anak ayang berlarian dan rebut…saat itu ditegur oleh haji Thohir. Tapi dasarnya anak-anak mereka tetap berlarian. Lalu haji . Thohir menunjuk mereka dengan tongkatnya dan anak-anak itu menjadi kaku tidak bisa bergerak sama sekali, hingga akhirnya H. Thohir melepaskan mereka.. Kembali kepada Sastro ini. Bisa dibayangkan gimana Sastro yang merupakan putera Haji thohir menjadi orang yang popular, dan menjadi carik di desanya. Ada cerita yang mengatakan kalo SASTRO pernah MONDOK di TEBU IRENG. Cerita ini didukung oleh fakta bahwa SASTRO sangat dekat dengan Haji Nabrawi , katanya sih temen pondokan,dan para pemuka agama di KOTA MALANG. Entah kenapa akhirnya Sastro meninggalkan desanya dan pindah Ke MAlang Kota. Kemudian membangun keluarga dan menjadi amtenar maksudku menjadi pegawai departemen pertanian saat itu. Ada foto yang menunjukkan beliau sedang naik HARLEY DAVIDSON, dengan gagah, dan menurut sumber yang dipercaya itu adalah kendaraan dinasnya saat di DEPTAN. Nilai-nilai yang diwariskan SATROATMODJO ADALAH :
- Dia berkarakter keras, sangat disiplin, konservatif dalam mendidik anak dan keluarga.
- Jujur dalam bekerja, bahkan hingga hal-hal kecil sekalipun kalau bukan haknya tidak akan di sentuh
- Pekerja sangat keras, bahkan workaholic. Berangkat dengan tidak punya apa-apa kekota malang hingga akhirnya bisa mempunyai rumah megah dan sawah, yang semuanya itu diraih dengan kejujuran dan jangka waktu yang lama sekali .
- Taat beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
- Tidak takabur dan tidak sombong, ini terbukti dari begitu jarangnya aku mendengar tentang orang lain menceritakan tentang dia sehingga dia merupakan orang yang tidak banyak bicara lebih suka bekerja.
Keahlian Satro Atmodjo adalah tangan dinginnya terhadap tanaman. Hampir semua tanaman yang ditanamnya akan menjadi bagus dan berbuah lebat. Di halaman kebunnya pernah ada berbagai macam sayuran. Dan semuanya tampak sangat sehat dan buesar-buesar. Pernah ada Pohon Apel, padah itu di Malang Kota, bukan di Batu. Trus ada juga pohon jeruk dan mangga (itu halaman rumah atau swalayan ya..hihihi). Klo pohon Mangga ini aku masih bisa melihat bekas tebangannya, dan waktu itu pokok pohonnya sebesar lingkar tanganku (kebayang gimana guedhenya pohon itu. Trus selain sayur dan pohon buah-buahan, juga ada beberapa pohon cengkeh guedhe, kalo cengkeh ini waktu kecil sempat kupanjat.. (HAlaman rumahnya emang agak besar)…tapi cengkeh..kebayang gak sih.. Dan memang waktu aku bongkar lemari ada piala tua yang bertuliskan JUARA LOMBA RUMAH TERASRI SE KOTA MALANg…pantesan..waduh jadi ingat sekarang pialanya ada di mana ya..mo tak bawa ke walikota malang biar dibuat kejuaraan semacam itu lagi. Pendidikan yang keras dan cenderung feudal ternyata membuat generasi yang tahan banting. Pendidikan yang demokratis dan kreatif hanya adopsi barat yang belum ada hasilnya..Cuma ceritanya aja manis..Boeamin Sastro Atmodjo meninggal Bulan Januari /Februari 1978 dan dimakamkan di Pemakaman Gang Pitu Kelurahan Sukun, Kec. Sukun Kota Malang.
KAMSIJEM (baca Kamsiyem) alias Hj. SITI Khadijah
Kamsiyem seingatku lahir di Prembangan juga, Malang Selatan. Kalo gak salah lahir tahun1929. Tidak banyak cerita masa kecil yang ku ingat dari Kamsiyem. Bayanganku sih seperti gadis desa yang lugu. Kalo dilihat foto waktu mudanya sih sangat cantik, kulit sawo matang cenderung putih dengan hidung mancung yang sangat jarang bagi gadis pribumi saat itu. Foto hitam putih itu mirip seorang ningrat jawa dengan kostum kebaya dan rambut bersanggul. Matanya indah dan memancarkan kelembutan. Kelebihan seorang Kamsiyem adalah dia orang yang lugu dan sangat sabar. Halus dalam bertutur kata dan budi yang mulia. Setiap kalimatnya selalu dipilih dengan hati-hati dan berkualitas. Ini membuat beliau hingga tua menjadi langganan tempat curhat baik saudara-saudara, teman2, hingga tetangga-tetangganya. Hampir tidak pernah tidak ada tamu di rumahnya. Oh iya ada cerita tentang keluguan dan kesabaran seorang gadis bernama kamsiyem. Dulu saat dia berumur sekitar 14 tahun dia dilamar seorang pemuda. Entah kenapa akhirnya pemuda itu tidak jadi menikah dengannya malah menikah dengan tetangganya. Nah pada saat pernikahan pemuda itu seorang gadis kamsiyem ikut membantu di dapur masak buat perayaan (kalo bahasa jawanya Mbiyodo). Bayangin betapa sabar dan lugunya gadis KAmsiyem ini. Beliau sih waktu itu bercerita kalo ngapain sakit hati, toh aku juga gak segitu kenal dengan pemuda itu. Jaman dulu sih memang tidak ada pacaran. Dan ngapain juga merasa malu toh yang membatalkan bukan beliau , begitu beliau bertutur. Kalo gadis sekarang paling juga akan ikutan mbantu masak tapi sambil ngasih racun hihihi…Ternyata kecantikan dan kehalusan budi seorang Kamsiyem membuat pemuda tampan anak pemuka desa tertarik dan menikahinya. Siapa lagi kalo bukan pemuda ganteng Carik Desa si Sastro Atmodjo. Aku sih membayangkan sebuah pernikahan ideal Abad itu, yang cowok ganteng terpandang pintar dan berbudi baik sedangkan yang cewek cantik kembang desa halus budi dan sabar. Kesabaran seorang Kamsiyem terbukti dari kesetiaannya ketika sang suami memutuskan meninggalkan kemapanan di desa dan berangkat ke Kota Malang . Mereka hidup pas-pasan dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain. Pernah ada cerita saat itu Kamsiyem dengan dua orang puteranya yang masih kecil dilabrak oleh pemilik rumah kontrakan. Waktu itu Malam Hari Raya, malam takbiran. KArena belum membayar sewa mereka di usir pada malam hari raya. Itu terjadi saat mereka kontrak di daerah trunojoyo, MAlang. Kemudian mereka sempat tinggal di daerah Gang enam Sukun , Malang. Disitu mereka agak lama dan SAstro mulai terpandang dan terkenal di daerah itu. Sempat mempunyai KLUB Bulutangkis dengan Nama Sriti yang membuat anak-anak mereka menjadi atlit local yang tak terkalahkan di seantero Kota Malang. Di Gang Enam itu lokasinya di depan Pasar Sukun, dan jiwa bisnis Kamsiyem mulai terasah. Dia mempunyai sebuah Kios /bedak di pasar sukun dan jualan Mracang..yaitu kebutuhan pokok. Sebagai orang pasar ternyata Kamsiyem banyak relasi sesama pedagang dan kemampuan menganalisa permasalahan sosial mungkin didapatnya dari situ. Karena pergaulannya yang luas dan kebijaksanaannya itulah maka banyak orang yang mencari solusi permasalahan kepada beliau. Bayangin aja seorang istri, lugu dengan latar belakang pendidikan minim, ternyata mempunyai kreatifitas. Tidak sekedar menjadi iburumah tangga yang dirumah menunggu suami pulang..jaman segitu lho…Indonesia belum merdeka nih.Padahal ceritanya suaminya sangat keras dan tidak romantis. Selain mendidik anaknya Kamsiyem juga mendidik beberapa anak sodaranya dari desa yang kebanyakan dititipkan untuk sekolah di kota. Akhirnya mereka punya rumah di Simpang sukun 1 Malang yang menang lomba rumah asri itu tadi. Nilai-Nilai yang diwariskan oleh Kamsiyem adalah :
-Kesabaran dan kebijaksanaan
-Kehalusan budi dan tutur kata,
-Dermawan, bahkan ketika punya trasi sedikit untuk lauk, dia membagi kecil-kecil trasi itu dan memberika ke tetangga sekitarnya. Berbagi bagi dia tidak melihat nominal, sedikit atau banyak yang dia punya pasti di bagi olehnya. Bahkan ketika suaminya sudah meninggal, beliau membagikan buku-buku langka milik suaminya kepada orang yang membutuhkan..ya wis aku juga gak sempat baca-baca buku itu jadinya hihkhikhik..
-Wanita bagi dia tidak harus diam di rumah, harus bekerja. Walaupun Suaminya seorang Amtenar, dia tetap berjualan. Bahkan ketika beliau sudah tua , MENJANDA dan tidak lagi jualan di pasar. Baliau tak hanya mengandalkan pensiun suaminya tapi menggoreng rempeyek kacang, membuat tape ketan hitam dan madumongso, menggoreng kacang dan diplastik kecil-kecil, membuat susu kedele dan di jual olehnya ke warung dan komunitas arisannya..wis tuwek gak bisa di suruh diam..apalagi mbayangin waktu mudanya dulu..
-Beliau sangat Rajin beribadah dan selalu ke masjid baik subuh, dhuhur, ashar, maghrib, Isya, (klo kita kan jarang ke masjid, paling Cuma jumatan atau maghrib) dan sholat malam tak pernah sekalipun terlewatkan. Ini yang mengasah kehalusan budi dan akhlak mulianya, sehingga saat beliau beraktifitas maka akhlak ini selau terbawa. Mungkin Beliau ke Masjid karena bisa bergaul dan berbagi.
-Berdzikir adalah aktifitasnya ketika sudah sangat tua, tasbih tak pernah lepas dari tangannya, kesukaanya adalah membaca sholawat nariyah.
-Yang mengherankan adalah ketika beliau sudah menjanda, sudah berusia 60 tahunan, banyak duda-duda haji juragan Minyak dsb datang melamar beliau, ini meunjukkan betapa kecantikan fisiknya yang memudar tergantikan oleh kecantikan hatinya yang memancar dan mempesona.
-Beliau adalah orang yang supel, sering bercanda, mempunyai sense of humor, menghibur dan pendengar yang baik. Tidak pernah ada secuil pun cerita buruk tentang Bu Sastro , begitulah orang kampung memanggilnya, adanya Cuma cerita baik, jasa beliau dan semua nasehat beliau yang bijak.
-Beliau mangamalkan hartanya dengan mengasuh anak yatim, ada 2 yang dirawat mulai kecil hingga dewasa, padahal klo diingat beliau bukan orang yang kaya.
- NAsehat beliau di saat-saat terakhirnya, waktu itu aku bertanya soal cewek seperti apa yang menurut beliau layak dipilih menjadi Istri…Waktu itu sih kupikir jawabannya akan klasik seperti agamanya kuat, bobot-bibit,bebet dsb ternyata jawaban beliau sangat singkat yaitu cukup cari yang setia..
KAMSIYEM mendapat gelar Siti Khadijah ketika sudah naik Haji dan meninggal di usia tua dimakamkan disamping suami tercintanya…
BOEAMIN SASTROATMODJO
Dilahirkan di Desa Prembangan, Malang Selatan , Jawa Timur, Indonesia. Entah tahun berapa aku lupa dan tidak pernah berusaha mengingatnya. Mungkin sekitar tahun 1920 an, tanggal dan bulannya aku juga gak tahu. Merupakan Putera ketiga atau keempat dari 6 bersaudara. Ayahnya adalah H. Thohir, seorang tokoh masyarakat, Sastro kecil ini , begitulah aku akan menyebutnya adalah cucu dari Mbah buyut Ginah, seorang pendiri tiga desa di Malang selatan yaitu Prembangan, Trimo, Clumprit. SAstro kecil dididik keras oleh H. Thohir dan mendapatkan pendidikan agama Islam terbaik pada jamannya. Sebagai putera pemuka masyarakat, aku Cuma mengasumsikan karena aku Cuma mendengar dari cerita-cerita dan aku juga sudah banyak lupa akan cerita itu, aku membayangkan sebagai putera pemuka masyarakat , Sastro pasti mendapat banyak ketenaran di lingkungan Desanya dan itu terbukti ketika dia dewasa dia menjabat sebagai Carik, yaitu sekretaris Desa dimana yang jadi Kepala Desa saat itu adalah kakak Sepupunya. Dari situ dapat kita lihat betapa berpengaruhnya anak keturunan Mbah buyut Ginah dalam masyarakat tiga desa tersebut. Ada secuil cerita yang kuingat tentang H. Thohir, ayah dari Sastro ini. H. Thohir, bisa dibayangkan jaman segitu menjadi seorang HAJI adalah sebuah prestasi yang luar biasa karena perjalan ke tanah suci Mekkah saat itu hanya bisa ditempuh dengan naik kapal laut dan memerlukan waktu enam bulan hingga satu tahun dengan resiko kematian yang sangat tinggi dan H. Thohir termasuk orang yang berhasil menjadi HAJI saat itu. Tentu saja status ke HAJI annya merupkan hal yang tidak sama dengan Haji sekarang. Status kehajian ini pertama didasari oleh keimanan yang sangat kuat (karena resiko meraih status Haji itu oenuh pengorbanan sehingga kalo imannya gak kuat ya gak bisa). Yang kedua ketinggian ilmu Filsafat dan Agama Islam yang mendalam baru bisa membuat orang berangkat HAJI. Nah itu sekelumit tentang HAji. H. Thohir ini ada cerita yang entah benar atau tidak, dikarenakan ketinggian Ilmunya, hingga dia punya kesaktian (orang jaman dulu kental dengan hal begituan). H.Thohir ini profilnya adalah mamakai sorban putih di atas kepala dan mamakai baju gamis putih (profil berdasarkan foto hitam putih tua), aku sih membayangkan seperti walisongo, dan dia mamegang tongkat.(kalo masalah ini aku gak ngerti entah tongkat itu emang senjatanya atau karena jalan di desa yang terjal sehingga harus memakai tongkat). Pernah suatu saat ada anak-anak ayang berlarian dan rebut…saat itu ditegur oleh haji Thohir. Tapi dasarnya anak-anak mereka tetap berlarian. Lalu haji . Thohir menunjuk mereka dengan tongkatnya dan anak-anak itu menjadi kaku tidak bisa bergerak sama sekali, hingga akhirnya H. Thohir melepaskan mereka.. Kembali kepada Sastro ini. Bisa dibayangkan gimana Sastro yang merupakan putera Haji thohir menjadi orang yang popular, dan menjadi carik di desanya. Ada cerita yang mengatakan kalo SASTRO pernah MONDOK di TEBU IRENG. Cerita ini didukung oleh fakta bahwa SASTRO sangat dekat dengan Haji Nabrawi , katanya sih temen pondokan,dan para pemuka agama di KOTA MALANG. Entah kenapa akhirnya Sastro meninggalkan desanya dan pindah Ke MAlang Kota. Kemudian membangun keluarga dan menjadi amtenar maksudku menjadi pegawai departemen pertanian saat itu. Ada foto yang menunjukkan beliau sedang naik HARLEY DAVIDSON, dengan gagah, dan menurut sumber yang dipercaya itu adalah kendaraan dinasnya saat di DEPTAN. Nilai-nilai yang diwariskan SATROATMODJO ADALAH :
- Dia berkarakter keras, sangat disiplin, konservatif dalam mendidik anak dan keluarga.
- Jujur dalam bekerja, bahkan hingga hal-hal kecil sekalipun kalau bukan haknya tidak akan di sentuh
- Pekerja sangat keras, bahkan workaholic. Berangkat dengan tidak punya apa-apa kekota malang hingga akhirnya bisa mempunyai rumah megah dan sawah, yang semuanya itu diraih dengan kejujuran dan jangka waktu yang lama sekali .
- Taat beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
- Tidak takabur dan tidak sombong, ini terbukti dari begitu jarangnya aku mendengar tentang orang lain menceritakan tentang dia sehingga dia merupakan orang yang tidak banyak bicara lebih suka bekerja.
Keahlian Satro Atmodjo adalah tangan dinginnya terhadap tanaman. Hampir semua tanaman yang ditanamnya akan menjadi bagus dan berbuah lebat. Di halaman kebunnya pernah ada berbagai macam sayuran. Dan semuanya tampak sangat sehat dan buesar-buesar. Pernah ada Pohon Apel, padah itu di Malang Kota, bukan di Batu. Trus ada juga pohon jeruk dan mangga (itu halaman rumah atau swalayan ya..hihihi). Klo pohon Mangga ini aku masih bisa melihat bekas tebangannya, dan waktu itu pokok pohonnya sebesar lingkar tanganku (kebayang gimana guedhenya pohon itu. Trus selain sayur dan pohon buah-buahan, juga ada beberapa pohon cengkeh guedhe, kalo cengkeh ini waktu kecil sempat kupanjat.. (HAlaman rumahnya emang agak besar)…tapi cengkeh..kebayang gak sih.. Dan memang waktu aku bongkar lemari ada piala tua yang bertuliskan JUARA LOMBA RUMAH TERASRI SE KOTA MALANg…pantesan..waduh jadi ingat sekarang pialanya ada di mana ya..mo tak bawa ke walikota malang biar dibuat kejuaraan semacam itu lagi. Pendidikan yang keras dan cenderung feudal ternyata membuat generasi yang tahan banting. Pendidikan yang demokratis dan kreatif hanya adopsi barat yang belum ada hasilnya..Cuma ceritanya aja manis..Boeamin Sastro Atmodjo meninggal Bulan Januari /Februari 1978 dan dimakamkan di Pemakaman Gang Pitu Kelurahan Sukun, Kec. Sukun Kota Malang.
KAMSIJEM (baca Kamsiyem) alias Hj. SITI Khadijah
Kamsiyem seingatku lahir di Prembangan juga, Malang Selatan. Kalo gak salah lahir tahun1929. Tidak banyak cerita masa kecil yang ku ingat dari Kamsiyem. Bayanganku sih seperti gadis desa yang lugu. Kalo dilihat foto waktu mudanya sih sangat cantik, kulit sawo matang cenderung putih dengan hidung mancung yang sangat jarang bagi gadis pribumi saat itu. Foto hitam putih itu mirip seorang ningrat jawa dengan kostum kebaya dan rambut bersanggul. Matanya indah dan memancarkan kelembutan. Kelebihan seorang Kamsiyem adalah dia orang yang lugu dan sangat sabar. Halus dalam bertutur kata dan budi yang mulia. Setiap kalimatnya selalu dipilih dengan hati-hati dan berkualitas. Ini membuat beliau hingga tua menjadi langganan tempat curhat baik saudara-saudara, teman2, hingga tetangga-tetangganya. Hampir tidak pernah tidak ada tamu di rumahnya. Oh iya ada cerita tentang keluguan dan kesabaran seorang gadis bernama kamsiyem. Dulu saat dia berumur sekitar 14 tahun dia dilamar seorang pemuda. Entah kenapa akhirnya pemuda itu tidak jadi menikah dengannya malah menikah dengan tetangganya. Nah pada saat pernikahan pemuda itu seorang gadis kamsiyem ikut membantu di dapur masak buat perayaan (kalo bahasa jawanya Mbiyodo). Bayangin betapa sabar dan lugunya gadis KAmsiyem ini. Beliau sih waktu itu bercerita kalo ngapain sakit hati, toh aku juga gak segitu kenal dengan pemuda itu. Jaman dulu sih memang tidak ada pacaran. Dan ngapain juga merasa malu toh yang membatalkan bukan beliau , begitu beliau bertutur. Kalo gadis sekarang paling juga akan ikutan mbantu masak tapi sambil ngasih racun hihihi…Ternyata kecantikan dan kehalusan budi seorang Kamsiyem membuat pemuda tampan anak pemuka desa tertarik dan menikahinya. Siapa lagi kalo bukan pemuda ganteng Carik Desa si Sastro Atmodjo. Aku sih membayangkan sebuah pernikahan ideal Abad itu, yang cowok ganteng terpandang pintar dan berbudi baik sedangkan yang cewek cantik kembang desa halus budi dan sabar. Kesabaran seorang Kamsiyem terbukti dari kesetiaannya ketika sang suami memutuskan meninggalkan kemapanan di desa dan berangkat ke Kota Malang . Mereka hidup pas-pasan dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain. Pernah ada cerita saat itu Kamsiyem dengan dua orang puteranya yang masih kecil dilabrak oleh pemilik rumah kontrakan. Waktu itu Malam Hari Raya, malam takbiran. KArena belum membayar sewa mereka di usir pada malam hari raya. Itu terjadi saat mereka kontrak di daerah trunojoyo, MAlang. Kemudian mereka sempat tinggal di daerah Gang enam Sukun , Malang. Disitu mereka agak lama dan SAstro mulai terpandang dan terkenal di daerah itu. Sempat mempunyai KLUB Bulutangkis dengan Nama Sriti yang membuat anak-anak mereka menjadi atlit local yang tak terkalahkan di seantero Kota Malang. Di Gang Enam itu lokasinya di depan Pasar Sukun, dan jiwa bisnis Kamsiyem mulai terasah. Dia mempunyai sebuah Kios /bedak di pasar sukun dan jualan Mracang..yaitu kebutuhan pokok. Sebagai orang pasar ternyata Kamsiyem banyak relasi sesama pedagang dan kemampuan menganalisa permasalahan sosial mungkin didapatnya dari situ. Karena pergaulannya yang luas dan kebijaksanaannya itulah maka banyak orang yang mencari solusi permasalahan kepada beliau. Bayangin aja seorang istri, lugu dengan latar belakang pendidikan minim, ternyata mempunyai kreatifitas. Tidak sekedar menjadi iburumah tangga yang dirumah menunggu suami pulang..jaman segitu lho…Indonesia belum merdeka nih.Padahal ceritanya suaminya sangat keras dan tidak romantis. Selain mendidik anaknya Kamsiyem juga mendidik beberapa anak sodaranya dari desa yang kebanyakan dititipkan untuk sekolah di kota. Akhirnya mereka punya rumah di Simpang sukun 1 Malang yang menang lomba rumah asri itu tadi. Nilai-Nilai yang diwariskan oleh Kamsiyem adalah :
-Kesabaran dan kebijaksanaan
-Kehalusan budi dan tutur kata,
-Dermawan, bahkan ketika punya trasi sedikit untuk lauk, dia membagi kecil-kecil trasi itu dan memberika ke tetangga sekitarnya. Berbagi bagi dia tidak melihat nominal, sedikit atau banyak yang dia punya pasti di bagi olehnya. Bahkan ketika suaminya sudah meninggal, beliau membagikan buku-buku langka milik suaminya kepada orang yang membutuhkan..ya wis aku juga gak sempat baca-baca buku itu jadinya hihkhikhik..
-Wanita bagi dia tidak harus diam di rumah, harus bekerja. Walaupun Suaminya seorang Amtenar, dia tetap berjualan. Bahkan ketika beliau sudah tua , MENJANDA dan tidak lagi jualan di pasar. Baliau tak hanya mengandalkan pensiun suaminya tapi menggoreng rempeyek kacang, membuat tape ketan hitam dan madumongso, menggoreng kacang dan diplastik kecil-kecil, membuat susu kedele dan di jual olehnya ke warung dan komunitas arisannya..wis tuwek gak bisa di suruh diam..apalagi mbayangin waktu mudanya dulu..
-Beliau sangat Rajin beribadah dan selalu ke masjid baik subuh, dhuhur, ashar, maghrib, Isya, (klo kita kan jarang ke masjid, paling Cuma jumatan atau maghrib) dan sholat malam tak pernah sekalipun terlewatkan. Ini yang mengasah kehalusan budi dan akhlak mulianya, sehingga saat beliau beraktifitas maka akhlak ini selau terbawa. Mungkin Beliau ke Masjid karena bisa bergaul dan berbagi.
-Berdzikir adalah aktifitasnya ketika sudah sangat tua, tasbih tak pernah lepas dari tangannya, kesukaanya adalah membaca sholawat nariyah.
-Yang mengherankan adalah ketika beliau sudah menjanda, sudah berusia 60 tahunan, banyak duda-duda haji juragan Minyak dsb datang melamar beliau, ini meunjukkan betapa kecantikan fisiknya yang memudar tergantikan oleh kecantikan hatinya yang memancar dan mempesona.
-Beliau adalah orang yang supel, sering bercanda, mempunyai sense of humor, menghibur dan pendengar yang baik. Tidak pernah ada secuil pun cerita buruk tentang Bu Sastro , begitulah orang kampung memanggilnya, adanya Cuma cerita baik, jasa beliau dan semua nasehat beliau yang bijak.
-Beliau mangamalkan hartanya dengan mengasuh anak yatim, ada 2 yang dirawat mulai kecil hingga dewasa, padahal klo diingat beliau bukan orang yang kaya.
- NAsehat beliau di saat-saat terakhirnya, waktu itu aku bertanya soal cewek seperti apa yang menurut beliau layak dipilih menjadi Istri…Waktu itu sih kupikir jawabannya akan klasik seperti agamanya kuat, bobot-bibit,bebet dsb ternyata jawaban beliau sangat singkat yaitu cukup cari yang setia..
KAMSIYEM mendapat gelar Siti Khadijah ketika sudah naik Haji dan meninggal di usia tua dimakamkan disamping suami tercintanya…
0 Comments